Penanganan anak dengan Developmental Coordination Disorder

15 December 2017

Penanganan anak dengan Developmental Coordination Disorder haruslah dilakukan sedini mungkin. Penanganan yang dapat dilakukan untuk anak dengan DCD ini salah satunya yaitu latihan koordinasi interlimb dengan tujuan untuk menguatkan dan mengoptimalkan kemampuan motorik anak.

Pendidik anak usia dini memiliki kesadaran yang lebih baik dari pentingnya mendukung fungsi keterampilan motorik pada anak-anak usia dini. Bahkan faktanya, anak usia dini secara umum dianggap sebagai periode yang menonjol dan memiliki arti penting bagi perkembangan motorik. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku motorik awal memainkan peran penting dalam sosial, emosional, dan kemudian kegiatan yang berhubungan akademik.
Deteksi dini memungkinkan praktisi untuk memberikan intervensi di usia muda, ketika plastisitas sistem saraf tinggi. Perilaku motorik awal memainkan peran penting dalam berbagai aktivitas kehidupan. Sebagai contoh, tingkat motorik halus dan kemampuan visual-motor dikaitkan dengan keterampilan hidup sehari-hari, kecakapan gerakan, dan kemampuan kognitif. Selain itu, penelitian terbaru juga menunjukkan korelasi antara kemampuan motorik kasar dan capaian sekolah (akademik).

Anak-anak yang memiliki keterampilan motorik kasar yang lebih baik mungkin dapat memproses informasi yang lebih baik dan lebih cepat, yang membantu kinerja kognitif. Singkatnya, ada beberapa indikasi bahwa pengalaman gerakan awal adalah perantara penting bagi perubahan perkembangan pada anak-anak, termasuk perkembangan kognitif.

Dari klasifikasi umum kategori motorik yang biasanya digambarkan (motorik halus, visual-motorik, dan motorik kasar), satu aspek dari fungsi motorik yang telah mendapat perhatian dari para peneliti dalam beberapa tahun terakhir adalah interlimb koordinasi. Ada indikasi bahwa aspek perilaku motorik membedakan prestasi akademik di beberapa populasi anak-anak usia dini. Tujuan dari artikel ini adalah untuk (1) mendeskripsikan koordinasi interlimb dan perkembangannya, (2) memberikan contoh item tes dan kegiatan, dan (3) memberikan rekomendasi untuk pendidik anak usia dini yang bekerja dengan anak-anak.

1. Jenis Koordinasi Interlimb

Koordinasi Interlimb terutama melibatkan gerakan yang membutuhkan penggunaan sekuensial dan simultan pada kedua sisi tubuh dengan “irama” tingkat tinggi. Lebih tepatnya, melibatkan siklus motorik dari ‘limb’ dalam hubungannya dengan yang lainnya. Tindakan tersebut umumnya dibagi menjadi dua kategori, sebagai berikut:

a. Koordinasi bimanual

Gerakan ini melibatkan keterampilan koordinasi interlimb pada dua lengan dalam sebuah tindakan bimanual. Koordinasi bimanual merupakan sistem mengorganisir diri yang kompleks yang meliputi baik pada batasan internal (biopsychological) dan kontekstual (tugas). Hal tersebut telah menyatakan bahwa pengembangan Transfer interhemispheric dan corpus callosum memainkan peran penting dalam proses ini. Corpus callosum adalah struktur otak dalam fisura longitudinal yang menghubungkan sisi kiri dan kanan otak. Fungsi utamanya adalah untuk memfasilitasi komunikasi antara dua belahan – sebuah proses yang sangat penting untuk interlimb koordinasi.

b. Tangan/Kaki Koordinasi

Jenis koordinasi interlimb melibatkan gabungan secara simultan (koordinasi) dari bagian atas dan bawah tungkai. Tindakan tersebut dilakukan dengan tungkai atas dan bawah pada sisi tubuh yang ipsilateral (yang sama), atau dengan gerakan contralateral melibatkan koordinasi anggota badan di kedua sisi. Secara umum, koordinasi berirama pada anggota badan non-homolog (misalnya tangan dan kaki) bahkan lebih sulit dilakukan dari pada gerakan-gerakan bimanual karena perbedaan mekanis antar anggota badan (limb). Tugas-tugas khas koordinasi tangan/kaki termasuk bertepuk tangan sambil berjalan dan mengetuk tangan dan kaki sesuai ritme yang dipilih.

2. Aktivitas Koordinasi Interlimb (Motorik Kasar)

Banyak dari aktivitas ini dapat dilaksanakan dengan memainkan musik dengan variasi ketukan irama.

a. Bimanual

1) Mengetukan jari, tangan, atau memukul dengan stik sesuai dengan irama ketukan atau dalam sinkroni (keselarasan)

2) Melakukan gerakan melingkar kepinggir, lengan lurus setinggi bahu

3) “Shadow boxing” – satu lengan memutari lengan yang lainnya, lengan tetap bengkok sekitar 90 derajat, di depan dada atau di atas kepala.

4) Memungut uang logam dengan masing-masing tangan dan menempatkannya pada kotak.

5) Memainkan piano, electronic keyboard, atau instrumen perkusi dengan kedua tangan

6) Memainkan permainan tangan seperti “itsy Bitsy Spider”

b. Koordinasi Kaki/Tangan

1) Berjalan dan bertepuk tangan dengan berbagai ketukan irama

2) Melompat dan bertepuk tangan sesuai irama atau secara selaras

3) Berjalan, melompat, atau berlari sambil melakukan “Shadow Boxing”

4) Meniru jalannya binatang yang berjalan menyamping, seperti jalan kepiting (Anak-anak yang lebih dewasa dapat mencoba meluncur menyamping sambil melempar atau menangkap bola)

5) Melompat (Leaping) berdasarkan ketukan musik, bergantian kaki kiri dan kanan yang memimpin dan mengayunkan kedua lengan.

6) Membuat gerakan lokomotor yang selaras dengan berbagai ketukan irama (beberapa permainan dimana anak-anak menggunakan gerakan seperti galloping, hopping, atau skipping – seperti “Hopscotch,” “Sharks and Minnows”, atau “Colors” – Termasuk koordinasi interlimb).

Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini akan menemukan bahwa banyak aktivitas dan permainan dapat dimodifikasi dengan menyertakan tambahan tugas koordinasi interlimb. Sebagai contoh, jika suatu permainan melibatkan berlari, pendidik dapat menyarankan anak untuk mencoba meluncur menyamping sebagai gantinya.

Sumber Bacaan:

Bobbio, Tatiana., Gabbard, Carl., & Cacola, Priscila. (2009). Interlimb Coordination: An Important Facet of Gross Motor Ability. Early Childhood Research & Practice (ECRP). Desember 2009.

Bimanual interference in children performing a dual motor task. Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17011654
Rhythmic coordination of hand and foot in children with Developmental Coordination Disorder. Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17018044

Ada kardus bekas tidak terpakai? Jangan di buang!!

Ya!… jangan di buang!, karena kita bisa membuat apa saja dari bahan kardus ini. Dengan sedikit usaha, menyiapkan alat, bahan,

Penguatan Kepala Sekolah: “Dari Tatap Muka ke Virtual”

Bandung (18/8), Kepala PPPPTK TK dan PLB, Drs. Abu Khaer,M.Pd., membuka Workshop Penyiapan Admin LMS (Learning Management System) pada Program

Menghadapi Tuntutan 5.0, Persiapan Mental Sampai Skill

Nusa Dua (14/6) “Orang dengan pola pikir pemenang percaya bahwa mereka dapat mencapai kehidupan impian mereka,” ungkap Shahnaz Haque dalam

Lapor Beri Kami Penilaian WhatsApp