PERKUAT KOMUNIKASI DENGAN ORANGTUA SISWA DI DIKLAT GURU SAHABAT KELUARGA

27 September 2021

Siang itu, Rabu (22/09) suasana Ruang Aula SLBN 1 Badung, Provinsi Bali seketika menjadi hangat. Sesekali bahkan syahdu, sendu, terdengar isakan tangis. Ada apa?

Di aula yang megah tersebut, para peserta Diklat Guru Sahabat Keluarga tahap ke 2 duduk berkumpul. Seorang wanita paruh baya itu mengenakan jilbab coklat duduk didampingi oleh pak Dede Supriyanto.

Ibu Sri namanya. Sesekali, wanita berusia 49 tahun ini mengusap air matanya yang mulai berderai. Ibu Sri, di hadapan peserta  menceritakan tentang Rafi (16), buah hati kesayangannya.

Seperti orang tua pada umumnya, rasa cinta dan kasih sayang ibu Sri begitu tampak dari perkataannya saat menjelaskan perihal buah hatinya tersebut. Ya, Rafi merupakan Siswa ABK di SLBN Badung, Provinsi Bali. Dengan terbuka ibu Sri menggambarkan Rafi.  Sesekali dirinya terdiam, terisak menahan sedih dan air mata. Sontak peserta memberikan support kekuatan pada bu Sri. Senyum perlahan kembali terpancar di wajah ramah ibu paruh baya tersebut.

“Rafi paling senang memelihara burung,”ungkapnya.

Banyak yang diceritakan bu Sri mengenai Rafi. Diketahui, siswa yang juga gemar melukis tersebut mengalami Cerebral Palsy ganda. Rafi juga memiliki gangguan disintelek, dan sedikit gangguan pendengaran.

“Dia paling gak suka kalau mainannya diambil tanpa izin,” ungkap ibu Sri.

Cerita mengenai Rafi terus mengalir dari mulut ibu Sri. Informasi-informasi yang terucap, menjadi poin-poin penting dalam tahapan kegiatan Guru Sahabat Keluarga kali ini. Bapak Dede Supriyanto selaku Fasilitator, sengaja menghadirkan ibu Sri, yang merupakan orang tua siswa ABK untuk duduk bersama. Tujuannya jelas, yakni menggali informasi tentang murid. Dalam hal ini adalah Rafi.

Peserta diklat satu persatu menggali informasi tentang Rafi. Baik itu tentang kekuatan dan kontribusinya. Juga  tentang kesukaan dan ketidaksukaannya. Melalui suasana yang dibangun dengan hangat terjadilah komunikasi. Tanpa ada paksaan, ibunda Rafi bercerita. Peserta jadi mengetahui bagaimana komunikasi yang terjadi ketika antara Rafi dengan ibunya ketika di rumah.

“Melalui wawancara seperti ini dengan suasana hangat dan santai, kita dapat menggali obrolan-obrolan ringan ini menjadi poin-poin penting dalam membuat peta dan melakukan tindakan asesmen anak didik,” terang Pak Dede.

 

Peserta kemudian menuangkan informasi ke dalam peta-peta. “Kita buat peta kekuatan dan kontribusi. Di sini juga tampak apa yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaan Rafi. Teman-teman juga mendapat peta komunikasi, tempat, hubungan, dan juga mimpi,” terang Pak Dede.

Menggali informasi hanyalah langkah awal untuk terbentuknya kurikulum berbasis anak. Terdapat lima tahap dalam membentuk kurikulum tersebut. Yakni menggali informasi anak dengan membuat peta dan mengasesmen anak, lalu membuat profil anak. Kemudian merumuskan tujuan pembelajaran, dan mengembangkan tema.

“Terakhir baru menyelaraskan dengan standar nasional,” ungkap pak Dede.

Menguasai 5 tahapan tersebut adalah tujuan utama dalam Diklat Guru Sahabat Keluarga yang merupakan hasil kerjasama diklat dengan PPPPTK TK dan PLB, dan didukung oleh Pemerintah Australia melalui Australian Alumni Grant Scheme (Skema Hibah Alumni Australia) yang diadministrasikan oleh Australia Award in  Indonesia. Kegiatan praktik pendampingan digelar di Aula SLBN 1 Badung pada tanggal 22 hingga 23 September dengan mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Acara dihadiri langsung oleh Kepala PPPPTK TK dan PLB Drs Abu Khaer MPd dan dihadiri oleh Kepala Bidang PKLK Dinas Pendidikan Provinsi Bali Ibu Ida Ayu Nyoman Candrawati, SH, M. Par.

 

 

 

 

Seminar dan Workshop Program Sekolah Ramah Anak

(Pekanbaru, 02/06/2022) Seminar dan Workshop Program Sekolah Ramah Anak digelar dengan tema Keberagaman Anak dan Sistem Pendukung Sekolah Inklusif. Kegiatan

PTM Terbatas Jadi Obat Rindu ke Sekolah

“Saya senang bisa belajar lagi di Sekolah!” Itulah yang diungkapkan Ridwan, siswa SLB B Beringin Bhakti Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

The Role of Teacher and Parent in Korean Kindergarten oleh Hyelin Jeong. Ph.D pada hari Kamis, 7 Maret 2019 di Seoul National University of Education

Pada materi hari ini, Dr.Jeong menjelaskan tentang bagaimana peranan orangtua pada pendidikan anak di Korea serta bagaimana perbandingan TK di

Lapor Beri Kami Penilaian WhatsApp