Melatih Anak Mandiri Melalui Hypnoparenting

12 January 2017

Salah satu nilai dasar yang harus kita bentuk dalam diri anak adalah sifat mandiri. Kemandirian merupakan salah satu kebutuhan anak yang harus terpenuhi karena kemandirian termasuk dalam kebutuhan akan aktualisasi diri yang sangat penting sebagai bekal anak dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari

“Anak bukan tamu biasa di rumah kita. Mereka telah dipinjamkan untuk sementara waktu kepada kita dengan tujuan agar kita mencintai mereka dan menanamkan nilai-nilai dasar untuk kehidupan masa depan yang akan mereka bangun”

Salah satu nilai dasar yang harus kita bentuk dalam diri anak adalah sifat mandiri. Kemandirian merupakan salah satu kebutuhan anak yang harus terpenuhi karena kemandirian termasuk dalam kebutuhan akan aktualisasi diri yang sangat penting sebagai bekal anak dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian anak tidak dapat muncul begitu saja tetapi perlu dibiasakan sejak kecil. Peran orangtua dan sekolah atau lingkungan terhadap tumbuhnya kemandirian pada anak sejak usia dini merupakan suatu hal yang penting. Membangun kemandirian anak bukan hanya tugas sekolah tetapi justru menjadi peran orang tua atau keluarga yang utama. Orang tua tidak cukup hanya berdiri di luar pagar sekolah tetapi harus bekerja sama dengan sekolah agar tujuan membangun kemandirian anak dapat terwujud dengan baik. Keluarga hebat adalah keluarga yang terlibat, begitulah kira-kira kalimat yang tepat untuk menggambarkan pentingnya peran keluarga dalam pendidikan/membangun budaya mandiri anak khususnya anak usia dini.

Beberapa tips berikut ini dapat dijadikan bahan untuk mengetahui  bagaimana mendidik anak dengan baik agar tidak manja, keras kepala dan dapat menjadi mandiri:

  1. Ajarkan anak untuk tidak melemparkan kesalahan. Saat anak jatuh tersandung kursi misalnya, jangan mengatakan “kursinya nakal” lalu memukul kursi tersebut. Hal ini dapat membuat anak akan menyalahkan pada benda/orang lain dimasa depan.
  2. Jangan terlalu banyak melarang pada anak. Biarkan anak bermain dengan bebas dan menjelajahi dunianya. Jangan melarang melakukan hal tersebut, dengan itu anak akan mendapatkan pengalaman eksplorasi untuk dirinya. Dengan melarang justru akan membuat anak semakin penasaran dan akan membahayakan sebab anak akan mencari pelarian yang salah dikemudian hari. Pengawasan sangat diperlukan, bukan melarang anak. Komunikasi dua arah adalah solusi terbaik untuk mengingatkan anak alih-alih melarang anak melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Beri tahu mereka tentang risiko yang mungkin terjadi dan mintalah anak Anda untuk berhati-hati. Biarkan anak jatuh ditanah, tersiram air dan lain-lain, selama tidak membahayakan (jika lecet, basah, tidak terlalu membahayakan)
  3. Bila anak terlibat masalah di sekolah atau tempat bermain, ketahui dahulu penyebabnya, ditanyakan dahulu pada orang-orang yang terlibat atau melihat kejadian, jangan langsung menyalahkan atau membela anak.
  4. Jangan membiasakan anak kita tertutup tentang perasaan mereka. Ajari mereka untuk selalu terbuka tentang keadaannya dalam segala hal, baik itu menyangkut perasaannya, atau kendala-kendala yang dihadapinya. Jika anak mengalami kekecewaan, tidak perlu orang tua langsung bertindak, tunggu beberapa waktu, latih anak untuk menyelesaikan masalahnya. Jika anak terus murung barulah orang tua berusaha membantu mencari jalan keluar.
  5. Biarkan anak belajar dari kesalahannya. Saat anak lupa tugas sekolahnya, sebaiknya orang tua tidak langsung turun ikut membantu anak/mengambil alih tugas anak. Bisa jadi anak akan dihukum oleh gurunya, tapi hal itu akan menjadi pelajaran bagi anak, di masa depan, anak tidak akan lalai lagi.
  6. Jangan membuat mainan/barang sebagai alat untuk membuat anak kembali senang atau bahagia. Hal ini sulit, tetapi harus dilakukan. Orang tua biasanya tidak tega melihat air mata anak, tetapi jika anak kalah dalam sebuah kompetisi, jangan langsung membelikannya mainan atau barang yang anak sukai. Anak akan berfikir semua masalah bisa diselesaikan secara mudah dengan materi.
  7. Pelajari cara ibu-ibu zaman dahulu  merawat anak. Ibu-Ibu zaman dahulu tidak serta merta datang hanya karena anaknya diomeli/dimarahi gurunya. Anak harus belajar menghadapi setiap masalahnya.
  8. Ajari anak untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik terlebih dahulu. Jangan langsung mengadu ke orang tua. Katakan pada anak bahwa ibu dan ayah memang mencintai dan mendukungnya, namun anak juga harus bisa mencari jalan keluarnya sendiri.
  9. Sadarilah bahwa orang tua tidak selalu mampu mengubah keadaan. Jika anak terlambat bangun, apakah orang tua dapat mengundur jam masuk sekolah? Anak harus menghadapinya. Jadilah pendengar yang baik untuk anak, kadang anak tidak memerlukan bantuan orang tua. Anak hanya ingin punya orang yang selalu siap mendengarkan. Ternyata tindakan ini tanpa harus membuka mulut, tetapi sangat penting bagi anak. Berilah jalan keluar atau nasehat jika mereka meminta atau jika kita rasa saatnya memang tepat, selebihnya biarkan anak yang menanganinya.
  10. Jangan tergoda untuk selalu membantu anak atau mengendalikan kehidupannya. Ketika anak mengalami kesusahan, kelihatannya memang lebih mudah untuk langsung turun tangan dari pada membiarkannya belajar hikmah dari kejadian tersebut, tapi ketahuilah bahwa ini jauh lebih bermanfaat baginya dimasa depan. Anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bijaksana. Ia akan mampu membedakan yang baik dan buruk.
  11. Sadarilah bahwa kita tidak mungkin menciptakan lingkungan yang benar-benar aman untuk anak kita. Orang tua tidak mungkin melindungi anak terus menerus. Jika kita terlalu sering melindungi anak, bisa-bisa anak menjadi kurang pergaulan dan tidak tahu apa-apa. Anak justru tidak bisa bersaing dengan anak lain.
  12. Sebagai orang tua memang harus melindungi anak, merawat anak, akan tetapi sadarilah diri orang tua sendiri juga haruslah dirawat. Bagaimana akan menolong dan membantu anak jika akhirnya orang tuanya menjadi sakit dan anak menjadi terabaikan.

Sikap Orang Tua dalam Mendidik Anak dengan Hypnoparenting

Orang tua sangat berperan penting dalam membangun kemandirian anak. Dalam hypnoparenting, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua, yaitu:

  1. Membuat program pikiran bawah sadar anak yang positif dan konsep diri.

Pikiran bawah sadar tidak bisa menolak apapun yang diterima melalui kelima panca indera. Pikiran bawah sadar juga akan merekam hal-hal yang tidak diperhatikan secara sadar. Kata-kata yang sering diucapkan dan dipikirkan orang tualah yang nantinya akan membentuk diri anak, kemudian anak akan mengembangkan dirinya melalui pergaulan dengan lingungan sekitar. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menanamkan konsep diri yang sehat terhadap anak agar anak dapat berperilaku positif.

  1. Menciptakan perasaan positif dan pikiran yang positif.

Ketika anak mulai memasuki sekolah,baik itu kelompok bermain atau taman kanak-kanak, orang tua pasti akan mulai khawatir. Hal seperti ini dapat membawa dampak psikologis bagi anak. Misalnya saja jika orang tua merasa takut kalau anaknya di sekolah akan jatuh, bermain dengan temannya lalu bertengkar, atau anak belajar tidak sesuai dengan perintah guru, maka secara psikologis akan mempengaruhi kepercayaan orang tua terhadap guru di sekolah anak. Orang tua seakan-akan tidak percaya bahwa bapak-ibu gurunya tidak mampu mendidik anak seperti didikan mereka.

Sebagai orang tua yang baik, hendaknya selalu mempunyai perasaan yang positif terhadap guru serta memberikan kepercayaan penuh terhadap guru bahwa guru juga berpengalaman dalam mendidik anak serta pasti akan memperhatikan anaknya.

Dengan perasaan yang positif, kepercayaan penuh serta pikiran positif orang tua terhadap guru, maka orang tua dan guru akan merasa tenang dan anak akan merasa senang di sekolah.

  1. Memakai kalimat yang positif dan menghindari kalimat negatif.

Segala  sesuatu yang dilarang, penuh tekanan intonasi dan ada emosi di dalamnya, itulah yang akan diingat terus oleh anak ketika ia mendengarnya. Apabila dalam kesehariannya ia sering mendengar kata “jangan” atau “tidak boleh” atau “nakal kamu, ya!” atau “anak yang malas” dan kata-kata negatif lainnya, hampir dipastikan, kata-kata itulah yang selalu didengar dan ditanamkan dalam hati.

Ucapan ibu akan menjadi doa buat anaknya. Jadi jika si ibu mengucap kata-kata negatif terhadap anaknya, maka bisa saja anak itu menjadi anak yang berperilaku negatif pula.

Orang tua yang baik hendaknya memikirkan hal-hal yang positif saja terhadap anaknya, juga berbicara dengan lembut (intonasi tidak meninggi). Kata-kata positif yang diucapkan dengan intonasi yang positif akan ditangkap pikiran bawah sadar anak sebagai kesan positif. Karena perkataan orang tua sangat menentukan proses kemandirian anak, maka hendaknya orang tua mampu mengucapkan kata-kata positif saja di depan anak.

  1. Menciptakan suasana rumah yang positif.

Suasana rumah juga sangat menentukan kemandirian anak. Jika rumah itu harmonis, maka anak akan dapat berperilaku positif. Misalnya saja dalam kamar anak diberi ungkapan-ungkapan positif seperti “Aku Sayang Mama Papa” atau “Aku Mau Jadi Anak Sholeh”, atau kata-kata lain yang apabila setiap dilihat dan dibaca terus menerus maka akan tersimpan dalam memori anak dan akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar anak.

Hal ini akan menumbuhkan sifat dan sikap yang diinginkan oleh orang tua dan anaknya, karena secara otomatis kata-kata itu akan terpatri dalam sanubari dan membentuk jiwa anak.

  1. Menyamakan frekuensi dengan anak.

Orang tua sebaiknya seiya-sekata. Maksudnya, tindakan atau perlakuan ayah maupun ibu pada anak sebaiknya seragam dan konsisten. Karena jiwa anak pasti berbau dengan hal-hal yang menyenangkan, gembira, suka hati, dan emosi positif.

Jika suatu saat anak dalam kondisi yang tidak enak atau bad mood hendaknya orang tua mampu menggiringnya ke hal-hal yang disukai anak. Jauhkan dulu apa yang membuat anak menangis, tapi bentuklah pikiran ke arah yang bisa membuat anak gembira.

Dari  uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kemandirian anak dapat dilihat dari indikator kemandirian yaitu serangkaian kegiatan yang mencerminkan seorang anak dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung  jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi dan mampu mengendalikan emosi. Dan itu tentu saja dapat terwujud dengan stimulasi yang positif dari orang tuanya. Akhir kata, Menjadi orang tua adalah tugas dan tanggung jawab yang mulia. Jadilah orang tua yang dapat dibanggakan oleh anak kita. Semoga kita dimudahkan oleh Alloh Tuhan yang maha Kuasa untuk dapat menjadi orang tua yang tangguh dan memberikan teladan yang baik agar anak kita dapat menjadi pribadi yang mandiri saat ini dan dikemudian hari. Semoga!

Daftar Pustaka

Herna, A. (2014). Hebatnya hipnosis anak. Jakarta: Panda Media.

Jumrotun Nimah. 2015. Metode Mendidik dan membangun Kemandirian Anak dengan Hypnoparenting. Diunduh tanggal 12 September 2016 pada http://akperkabpurworejo.ac.id/

Kiat Melatih Anak Mandiri Sesuai Dengan Usia Anak. Diunduh tanggal 9 September 2016 pada https://bidanku.com

Pratomo Yogo Dewi,Dr.MHt. (2012). Hypnoparenting, Penerbit Qanita (Mizan).

Yamin, Martinis dan Sanan, Jamilah Sabri. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini  PAUD. Jakarta : Gaung Persada (GP) Press Jakarta

Sesjen Kemendikbudristek Imbau Pejabat yang Dilantik Jalankan Amanah dengan Semangat Kolaboratif

Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor : 512/sipres/A6/VIII/2022 Jakarta, 15 Agustus 2022 — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kunjungi Sekolah di IKN

Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 686/sipres/A6/XI/2023 Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kunjungi Sekolah di IKN Ibu

Mendikbudristek Ajak Generasi Muda Menjadi Guru Profesional dengan Mengikuti PPG Prajabatan 2023

Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Jakarta, 1 Juni 2023 – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek),

Lapor Beri Kami Penilaian WhatsApp