PROGRAM PENDIDIKAN KHAS INTEGRASI SEKOLAH KEBANGSAAN MERLIMAU
13 March 2019
Melaka, Malaysia
Program Pendidikan Khas Integrasi Sekolah Kebangsaan Merlimau atau lebih akrab disebut PPKI SK Merlimau yang terletak di daerah Jasin, Melaka Malaysia ini merupakan sekolah yang mengusung program integrasi baik secara fisik sekolah maupun aktivitas pembelajaran. Sekolah ini berdiri di atas area lahan yang cukup besar yang mana di dalamnya terdapat dua lokal bangunan, yaitu satu sekolah untuk peserta didik regular dan satu sekolah lainnya untuk peserta didik berkebutuhan khusus yang dalam bahasa Malaysia dikenal dengan istilah MBK, singkatan dari Murid Berkeperluan Khas. Meski demikian, secara managerial sekolah ini dikepalai oleh seorang Guru Besar atau Kepala Sekolah.
Kesan pertama yang begitu menggoda kami dapati sesampainya di sekolah ini karena para peserta didik telah berjejer rapi menyambut kami dengan Paluan Kompang dan Persembahan Silat, salah seni khas Malaysia yang biasa digelar untuk menyambut tamu atau acara pernikahan.
Ceremonial opening digelar di ruang pertemuan mulai dari pembukaan yang sarat akan alunan pantun khas Melayu dari pembawa acara, sambutan-sambutan, memanjatkan doa bersama serta persembahan seni dari para peserta didik yang meskipun gerakan tariannya kurang luwes dan kompak akibat berbagai hambatan yang disandangnya, namun mereka tampil dengan penuh percaya diri dan membanggakan.
Sedikit berbeda dengan kebiasaan yang kami ketahui dan selalu kami jumpai di tempat lain, ternyata disini kami dijamu dahulu dengan berbagai hidangan khas daerah setempat sebelum lanjut melakukan observasi ke kelas-kelas. Dengan penuh keramahan, para guru perempuan memastikan semua tamu mengisi piringnya hingga penuh. Karena jika kami hanya mengambil sedikit, mereka akan dengan sigap menambahkan nasi lagi ke piring kami. Sungguh adat istiadat ketimuran yang masih sangat kental. ^_^
Akhirnya tiba saatnya kami dapat menjalankan misi utama, melakukan studi banding dengan tujuan mengambil segala kebaikan yang bisa kami terapkan pada peserta didik di negeri tercinta Indonesia, sepulangnya kami dari shortcourse di Malaysia. Kami mulai rangkaian observasi dari kelas pra sekolah, kami disuguhi pemandangan setting kelas yang menyerupai rumah. Di dalam satu ruangan yang cukup besar tertata meja belajar, rak penyimpanan alat peraga dan mainan, rak meja tamu, dapur lengkap dengan peralatannya dan sudut baca. Terhalang oleh tirai kain, di ruang sebelahnya terdapat ruang pengembangan diri, tempat berwudhu, tempat cuci tangan dan toilet yang semuanya asri dan rapi untuk memfasilitasi pembelajaran peserta didik berusia 4-6 tahun ini.
Kami lanjutkan ke kelas dasar, disini tidak tampak lagi suasana rumah seperti pada kelas pra sekolah. Ruang kelas dilengkapi meja belajar dan sudut baca saja yang ditata dengan rapi dan nyaman serta berbagai informasi literasi dan hasil kreatifitas guru dan peserta didik yang tertempel di dinding membuat suasana kelas menjadi lebih menarik.
Peserta didik di kelas dasar belajar untuk mengembangkan potensi-potensinya dengan porsi pembelajaran vokasional lebih besar dibanding porsi pembelajaran akademik. Vokasional yang dikembangkan adalah menjahit, memasak dan pertaniam. Pihak sekolah pun secara rutin setiap bulan mengadakan berbagai kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, seperti berenang, ke zoo, menonton film di bioskop, ke arena bermain, berkunjung ke museum, dan sebagainya.
Dalam menerapkan konsep integrasi, para peserta didik berkebutuhan khusus bergabung bersama peserta didik regular dalam mata pelajaran seni musik dan olah raga. Pada kesempatan ini, mereka mempunyai peluang yang besar untuk berinteraksi dan membangun kedekatan satu sama lain, menumbuhkan sikap toleransi, saling membantu dan saling menerima. Peserta didik regular kerap kali membantu temannya yang berkebutuhan khusus sebagai tutor sebaya. Hal ini mereka sebut sebagai integrasi tidak penuh.
Setiap guru pun mempersiapkan peserta didik berkebutuhan khusus yang memiliki potensi high function untuk dapat bergabung secara penuh di kelas regular. Hal ini dilakukan dengan proses yang cermat dengan melihat potensi peserta didik dan melalui kerjasama yang intensif antara guru kelas khusus dan kelas regular. Hal ini disebut integrasi penuh yang dalam prosesnya tetap dipantau bersama dalam melihat perkembangan peserta didik tersebut. Di PPKI SK. Merlimau terdapat satu orang peserta didik ADHD yang telah menerapkan integrasi penuh ini. Tanpa didampingi oleh guru kelas khususnya, ia telah dapat bergabung dengan teman-temannya di kelas regular dengan baik bersama guru regular.
Demikianlah sekilas mengenai PPKI SK Merlimau yang memiliki motto “Pendidikan Cermerlang Insan Sempurna” ini terus berupaya untuk menuju Pendidikan yang inklusif demi memajukan dunia Pendidikan khusus di Malaysia.
Oleh: Santi Nurcahyanti, S.Pd
Karya GTK Lainnya
Mengoptimalkan Peran Ekosistem Pendidikan
Hal tersebut disampaikan oleh kepala bagian umum PPPPTK TK dan PLB dalam acara pembukaan kegiatan CBT (Competence Based Training) atau
Resensi Buku
Judul Buku : Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Kebersamaan Peserta Didik di Sekolah Inklusif Tahun : Desember, 2017 Penulis : Dr. Hermansyah,
Sikap Guru terhadap Pendidikan Inklusif
Pendahuluan Inklusi peserta didik berkebutuhan khusus di kelas reguler sudah menjadi trend global. Praktik seperti ini telah dilakukan oleh berbagai