Mengembangkan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus dalam Belajar (bagian 1)
22 January 2019
Dalam mendidik anak dengan berkebutuhan khusus, guru perlu memperhatikan bagaimana mengembangkan kemandirian anak dalam belajar dan memperoleh pengalaman baru.
Berikut ini strategi yang dikembangkan oleh Laurel Hudson, salah satu guru di Perkins yang disebut “19 Ways to Step Back” atau “19 cara untuk menarik diri” dalam bukunya Classroom Colalboration.
(Siswa yayasan Sayap Ibu Bintaro sedang mewarnai kain kanvas yang akan digunakan untuk bahan tas, dompet dan lain-lain, ini merupakan hasil pemikiran guru dalam memfasilitasi partisipasi anak dalam bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Sumber foto: Yayasan sayap Ibu, Bintaro)
Terkadang terasa baik-baik saja ketika kita membantu anak, akan tetapi perlu dipikirkan apakah ini yang terbaik bagi siswa anda? Anda dapat gunakan langkah-langkah dibawah ini untuk melatih anda menarik diri dan memberi kesempatan kepada anak untuk mulai melakukan sesuatu dengan memanfaatkan daya yang mereka miliki.
- Anda harus ingat bahwa anda perlu berhenti dan menarik diri beberapa langkah agar siswa dapat maju beberapa langkah.
Terkadang perlu waktu khusus untuk memikirkan kembali apa peran kita sebagai guru. Peran guru adalah mendidik bukan “membantu anak”. Ada perbedaan yang mendasar antara “mendidik” dan “membantu anak”. Dalam mendidik, kita akan berfokus pada bagaimana memfasilitasi anak untuk memperoleh pengalaman belajar yang baru, sedangkan dalam “membantu anak” kita akan lebih berfokus pada bagaimana supaya anak dapat menyelesaikan tugas atau kegiatan sehari-hari dengan waktu yang cepat dan tidak memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk dapat melakukannya dengan bantuan seminimal mungkin.
Contoh, ketika anak belajar melukis, kita harus menekankan bahwa tujuannya adalah supaya anak mau dan mampu menggerakkan tangannya dan menghasilkan sebuah karya.
Kita perlu menahan diri untuk membantu anak dalam kegiatan ini. Seperti ketika anak harus memegang kuas dan menggerakkan tangannya. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana memfasilitasi anak untuk dapat memegang alat lukis dengan mudah seperti memodifikasi kuas/alat lukis.
Selain itu, kita juga perlu pikirkan bagaimana posisi terbaik anak dalam melukis apakah duduk di kursi atau duduk di lantai. Apabila duduk di meja apakah perlu menggunakan meja/papan yang dicondongkan ke depan agar anak dapat melihat dengan lebih jelas?. Jadi ketika posisi anak sudah nyaman untuk melukis, maka hal ini diharapkan dapat meningkatkan rmotivasinya untuk melakukan kegiatan.
Untuk sebuah kegiatan baru yang belum pernah dialami anak, kita dapat melakukan demonstrasi terlebih dahulu. Kemudian meminta anak untuk mencobanya sendiri.
Kemudian bagaimanapun hasil lukisan anak harus diapresiasi karena fokusnya disini adalah anak memperoleh pengalaman baru yaitu melukis (menggerakkan tangan untuk menghasilkan sebuah produk).
Manfaat lain dari kegiatan itu adalah anak akan lebih percaya diri untuk menggunakan tangannya untuk kegiatan pembelajaran lain.
Disinilah tujuan utama dari guru untuk berhenti sejenak dan menarik diri agar siswa dapat memperoleh manfaat dan memiliki kemampuan baru.
- Hitung berapa lama sebenarnya siswa dapat mengambil kertas yang terjatuh, membuka dan menutup tas, atau mencari halaman tertentu pada buku bacaan. Apakah anda dapat menunggu lebih lama dan menahan diri untuk memberikan bantuan?
Kita selalu tertarik untuk membantu siswa agar pekerjaan cepat selesai, dengan tanpa disadari hal tersebut dapat memotong kesempatan siswa untuk dapat belajar mandiri.
Kenali kemampuan anak secara mendalam. Apabila dia dapat melakukannya sendiri, maka kita harus menahan diri untuk membantunya. Berikan dia waktu. Beberapa anak mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan pekerjaan yang paling sederhana.
Beberapa anak juga terkadang mudah lupa untuk melakukan kegiatan sehingga perlu prompt (bisa berupa verbal, gambar, ditunjuk). Tapi perlu diperhatikan waktu pemberian prompt juga harus terencana.
(rangkaian foto merupakan gambaran bagaimana guru memberikan waktu untuk anak dalam mengambil bola yang terjatuh. Foto 1) anak memainkan bola diatas meja, 2) bola terjatuh dan anak sedang berpikir kemana bola tersebut, 3) kurang lebih 20 detik anak masih berpikir kemana bola terjatuh, 4) anak mulai mencari bola dengan jarak pandang yang dia miliki, 5) anak melihat bola yang ada di lantai dan mengambilnya, 6) anak berhasil mengambil bola tanpa ada bantuan apaun. Sumber foto; koleksi penulis)
Beberapa kegiatan atau kondisi mungkin membutuhkan waktu yang cepat (contoh; menempelkan kertas ke permukaan yang telah diberi lem, keluar & masuk lift, menggunakan tangga berjalan, dan menyebrang jalan). Kita perlu memberikan penjelasan yang mudah dipahami anak kenapa perlu cepat dalam melakukan kegiatan/kondisi tertentu. Contoh lain adalah ketika terjebak hujan pada saat anak sedang berada di luar ruangan. Guru perlu memberitahu dulu bahwa dia harus membantu anak (dengan menuntunnya) agar berjalan lebih cepat karena akan kebasahan apabila berjalan lambat.
Perhatikan perkembangan waktu anak dalam melakukan sebuah kegiatan dan pertimbangkan apakah perlu fasilitasi dan latihan tertentu agar anak dapat lebih mudah melakukannya.
Beberapa anak perlu waktu yang lebih lama dalam melakukan kegiatan dikarenakan adanya hambatan kondisi fisik seperti clumsy, hypotonia atau lemah otot. Maka hal ini perlu difasilitasi dengan adaptasi pada benda yang digunakan. Contoh, apabila anak kesulitan dalam membuka & menutup resleting tas/jaket, mungkin perlu ditambahkan tali atau lingkaran pada resletingnya agar anak dapat menariknya dengan mudah.
(sumber foto: https://www.missjaimeot.com/how-to-adapt-buttoning-and-zipping/)
- Jauhkan tangan anda dengan tangan siswa anda!
Lakukan latihan berikut; Simpan tangan anda dibawah paha anda dan berikan perintah verbal ke siswa anda ketika melakukan kegiatan tertentu. Ini untuk melatih meminimalisir memberikan bantuan dengan fisik serta bagaimana kita dapat memberikan instruksi verbal yang efektif dan mudah dipahami anak.
Ibu dan Bapak bisa praktekkan dan kemukakan apa yang Ibu & dan Bapak rasakan.
Membantu secara anak fisik (khususnya menggantikan tangan mereka dengan tangan kita) juga bersumber dari keterbatasan kita dalam memberikan mereka pemahaman dan instruksi yang efektif secara verbal.
Kita juga kadang frustasi ketika merasa sudah memberikan penjelasan dengan panjang tetapi anak tidak juga paham atau melakukan apa yang kita sampaikan. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat kita gunakan sebagai bahan refleksi.
- Apakah kata-kata yang kita gunakan mudah dipahami mereka?
- Bagaimana kemampuan mereka mencerna informasi verbal?
- Bagaimana caranya agar anak lebih mudah memahami informasi atau instruksi tanpa kita bantu secara fisik?
- Apakah ada cara lain yang dapat membantu anak selain memberikan bantuan secara fisik?
Jika anda harus memberikan bantuan melalui sentuhan, lakukan “tangan anda dibawah tangan siswa” daripada “tangan anda diatas tangan siswa”. Hal ini dapat memberikan siswa lebih banyak pilihan.
(teknik hand under hand sangat baik diterapkan sehari-hari khususnya ketika siswa diperkenalkan objek baru. Sumber foto; National center on Deaf-Blindness)
Secara umum, tangan kita dibawah tangan siswa akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan merasa mempunyai otoritas dibandingkan tangan kita diatas tangan mereka.
Siswa mempunyai pilihan untuk mengikuti dengan tetap mengikuti arah tangan kita atau memilih untuk berhenti dengan mengangkat tangan mereka.
Mereka akan merasa lebih dihargai karena bukan guru atau orang lain yang mengendalikan mereka, tetapi diri mereka sendiri.
Kedepannya mereka menjadi semakin percaya diri untuk menyatakan pendapat / mengutarakan mau / tidak mau & suka / tidak suka serta membuat pilihan-pilihan lain dalam hidup mereka.
- Biarkan siswa anda membuat kesalahan dan mengalami kesulitan dalam melakukan sebuah tugas. Ini adalah pengalaman alami yang semua manusia pasti pernah merasakannya.
Penting bagi guru untuk memastikan anak belajar dari kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, anak akan berpikir apa yang salah? Kenapa bisa salah? Apa yang dapat dilakukan di waktu berikutnya agar bisa menghindari kesalahan yang sama?
Bicarakan dengan anak ketika dia melakukan kesalahan atau menghadapi kesulitan. Bantu anak mengeksplor berbagai kemungkinan tindakan yang perlu dilakukan.
Untuk anak-anak yang kesulitan berkomunikasi dan hambatan kognisi, berikan informasi secara sederhana dan dalam batas pemahaman anak.
- Latihan untuk memposisikan diri sejauh mungkin dari anak. Dengan posisi yang jauh dari anak maka anda akan lebih berpikir bagaimana mempersiapkan anak untuk melakukan sebuah kegiatan apabila anda tidak ada disana
Kenali dulu kemampuan anak, lalu pikirkan bagaimana mengakomodasi dan menyesuaikan lingkungan.
Beri pemahaman kepada anak apabila anda akan mulai latihan ini. Hal ini perlu latihan bertahap. Contoh, minggu pertama anda bisa bilang “bapak duduk di sebelah kiri kamu”, minggu berikutnya “Bapak duduk di depan meja kamu”, “Bapak akan duduk di dekat pintu”, lalu “Bapak duduk akan di luar ruangan”, lalu “Bapak akan duduk di ruangan sebelah”, ….dan seterusnya.
Anda bisa mengecek sekali-kali untuk memastikan anak melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
Yakinkan anak dan bangun keperpercayaan diri dengan memberikan reward ketika tahapan latihan bisa dilalui.
Langkah berikutnya akan dibahas pada bagian 2 (bersambung).
Karya GTK Lainnya
Anak dengan Ketunanetraan Perlu Mendapat Pengajaran Konsep
Anak dengan ketunanetraan perlu mendapat pengajaran konsep, karena–tidak seperti anak awas–mereka tidak dapat melihat untuk meniru. Pengajaran kinsep secara umum