Resume SPECIALEDUTALKS-Diskusi Guru Sahabat Keluarga.
28 April 2020
SPECIALEDUTALKS-Diskusi Guru Sahabat Keluarga.
Sesi 1, Tanggal 27 April 14.00 – 15.00
“MENDAMPINGI ORANGTUA KETIKA ABK #BELAJARDIRUMAH”
Pembicara:
- Nita Harini (Widyaiswara PPPPTK TK PLB)
Pendahuluan
Kondisi saat ini yang tentu sangat mendadak, pastinya tidak mudah bagi semua orang, baik itu bagi guru dan orang tua. Kita semua tidak ada persiapan sama sekali dalam menghadapi kondisi ini, ketika anak-anak kita yang biasanya belajar di sekolah sekarang harus belajar di rumah. Banyak tantangan yang dihadapi tentunya harus dihadapi dengan cara-cara yang efektif. Berikut ini adalah tips-tips bagaimana guru dan orangtua dapat menjadi mitra dalam upaya memberikan pembelajaran yang optimal khususnya dimasa pandemic Covid-19 ini.
Ada 5 Tips yang dapat dicoba oleh para guru:
- Jalin komunikasi
Perlunya guru menjalin komunikasi dengan orang tua. Komunikasi artinya 2 arah. Bukan berarti guru memberikan tugas tertentu kepada orang tua, kemudian orang tua mengerjakan, kemudian orang tua mengirimkan kembali ke guru. Hal ini terlihat komunikasi dua arah namun cenderung sangat pasif. Jadi betul-betul harus dijalin komunikasi bisa mengalir, timbal balik, dan natural ada interaksi
- Membina hubungan dengan keluarga (empati-pahami kondisi keluarga, realistis), bangun kepercayaan
Jadi hubungan guru dengan orang tua tidak harus selalu formal dan kaku. Guru perlu memahami bagaimana kondisi orang tua. Kita semua tidak siap, guru tidak siap, orang tua mungkin lebih tidak siap dengan kondisi ini. Artinya yang biasanya anak belajar di sekolah, tapi dengan kondisi ini mau tidak mau anak harus belajar dirumah.
Jadi betul-betul harus saling memahami bagaimana kondisi anak yang berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan mungkin berbulan2 harus berada dirumah. Bagaimana kondisi orang tua yang mungkin tidak memiliki background pendidikan, tetapi tiba-tiba mau tidak mau harus menjadi Guru bagi anaknya dirumah.
Kemudian dalam membangun hubungan yang baik ini juga harus saling membangun kepercayaan, guru percaya dengan orang tua, orang tua percaya dengan guru. Jadi guru harus percaya apapun yang dilakukan oleh orang tua adalah demi kebaikan anaknya dalam hal pendidikan, misalkan guru memberikan tugas tertentu ternyata orang tua mengerjakan tugas yang lain yang bagi orang tua mungkin itu lebih bermanfaat, justru itu bisa menjadi masukan bagi guru bahwa yang dilakukan orangtua mungkin bisa jauh lebih bermanfaat bagi anaknya. Guru pun jangan lupa untuk selalu mengecek apakah orang tua kira-kira dengan pemberian tugas ini sanggup atau tidak, keberatan atau tidak.
- Jadikan diri sebagai model/teladan
Dalam pembelajaran apapun buatlah contoh yang dapat dipahami oleh orang tua. Guru bisa membuat video, membuat voicenote, atau langkah-langkah kegiatan yang mudah dipahami dan dikerjakan oleh orang tua. Jadi kalau sudah ada foto, video, atau instruksi yang harus dilakukan, orang tua pun akan lebih yakin dan terbantu dalam melakukan pembelajaran di rumah.
Hal diats akan meninggalkan kesan kepada orang tua, bahwa guru tidak membebani orang tua, tapi betul-betul ingin memastikan anak-anak dapat mengikuti pembelajaran walaupun dengan cara mengimitasi dari contoh guru. Jadi guru tidak terkesan hanya memberi tugas, tapi guru juga sama-sama telah melakukan kegiatan/tugas tersebut.
- Posisikan diri sebagai keluarga
Sangat penting sekali bagi guru untuk memposisikan sebagai keluarga, keluarga tentu dengan segala kekurangannya dan kelebihannya. Jadi kita betul-betul memikirkan apakah tugas yang kita berikan betul2 dapat dikerjakan dan tidak memberatkan.
Jadi jangan hanya berpikir dari posisi kita sebagai guru. Tugas yang mungkin sederhana bagi guru tapi bagi orang tua ini merupakan sesuatu yang besar.
- Guru harus berperan sebagai Problem solver – Bantu keluarga untuk mencari solusi
Artinya guru tidak hanya sebagai “penambah beban”. Jadi misalnya kalau guru memberikan tugas kepada orang tua/anak di rumah, maka harus dipikirkan “kira-kira bisa dilakukan atau tidak?” atau malah akan memunculkan masalah.
Yang dapat guru lakukan adalah melakukan diskusi untuk mencari solusi bersama. Jadi guru tidak sekedar meyakinkan bahwa tugas yang diberikan mudah tapi guru membantu mencarikan solusi/cara untuk mempermudah orang tua dalam mendampingi anak, dan anak juga mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Tips untuk orangtua :
- Aktif
Orang tua harus lebih aktif untuk bertanya ke guru. Kalau ada keluhan langsung disampaikan ke guru, jangan dipendam sendiri, contohnya jika guru memberikan tugas tertentu sebenarnya orangtua keberatan dan akhirnya tidak mau mendampingi anaknya untuk mengerjakan.
Sekarang saatnya bagi orang tua untuk mencoba mulai terbuka, mengajak diskusi kepada gurunya.
Kalau orang tua merasa berat namun tetap mengerjakan tugas tertentu, maka guru tidak akan mengetahui bahwa sebenarnya ada masalah, bahwa sebenarnya orang tua terbebani.
Jadi dengan kita sebagai orang tua melakukan diskusi dan komunikasi bersama guru, maka tugas-tugas yang diberikan bisa lebih sesuai dan tidak memberatkan orang tua. Kemudian, Kita sebagai orang tua juga dapat memberikan masukan atau ide kepada guru, tidak hanya menunggu diberi tugas
- Komunikatif
Saling merespon dalam berkomunikasi, orang tua tidak sekedar menjadi penerima pesan saja tapi juga harus sebagai penyampai pesan.
Komunikasi bisa dilakukan dalam bentuk apapun apalagi dalam situasi sekarang ini, bisa lewat WA, atau telpon atau media apapun itu lakukan.
- Beri kepercayaan kepada guru
Orang tua perlu percaya bahwa tugas yang diberikan oleh guru itu adalah yang terbaik bagi anak. Bahwa guru sudah memikirkan, sudah mempertimbangkan, sudah yakin bahwa tugas ini memang bisa dikerjakan oleh keluarga, dengan catatan bahwa di awal pada saat perencanaan program pembelajaran sudah ada diskusi dengan orang tua.
- Pendukung guru
Kita sebagai orang tua juga harus memahami bahwa guru pun memiliki banyak beban dari mulai menyiapkan bahan, persiapan, melakukan evaluasi, dll. Kita pun harus bisa memahami beban yang dimiliki oleh guru. Mendukung apa yang telah direncanakan guru bagi anak kita.
Tips Tambahan:
Berikan Pembelajaran yang Fungsional
Kita harus bisa sama-sama berpikir realistis, apa yang bisa dilakukan saat ini oleh anak di rumah
Kita betul-betul merencanakan kegiatan atau pembelajaran yang fungsional, kegiatan pembelajaran yang bermakna, yang nantinya akan bermanfaat bagi kehidupan anak sehari-hari. Misalnya saja untuk pembelajaran matematika, kita tidak hanya memberikan soal-soal hitung yang harus diselesaikan oleh anak, karena terkadang ini tidak make sense.
Akan lebih bermakna jika kurikulum yang ada kita mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya menghitung piring yang harus disiapkan untuk berbuka puasa atau misalnya menimbang beras (menakar beras yang akan di masak), contoh lainnya; Memasak kue (berat-ringan, ons-gram, durasi waktu saat membakar, menghitung telur yang dipakai, dll)
- Siti Rachmah (Koordinator GPK SDN Tunas Harapan dan Dosen PLB UNINUS Bandung)
Dalam pembelajaran jarak jauh prinsip utamanya adalah keberpihakan kita terhadap kepentingan anak, prinsip ini tercermin dalam pembelajarna yang menyenangkan, bermakna dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak.
Anjuran PJJ:
- Lakukan informasi terlebih dahulu mengenai kesiapan orangtua.
- Sediakan waktu berbincang bebas dengan orangtua dan anak
- Memperkirakan durasi pengerjaan tugas yang akan diberikan
- Membangun kesepakatan antara guru dengan orangtua
- Menyiapkan aktivitas dan tugas belajar.
Secara umum ada 3 tahapan utama dalam PJJ, guru disarankan untuk:
- Membuka silabus sebagai panduan dalam memberikan materi pembelajaran.
- Mencari tahu dan mempelajari teknologi yang cocok untuk melakukan PJJ.
- Jangan memberikan terlalu banyak tugas kepada anak. Yang terpenting adalah memamstikan kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan sehat.
Hal yang dilakukan oleh guru secara konkrit yaitu dengan mengupdate pengetahuan dan ketrampilan baik akademis maupun non-akademis agar pembelajaran yang diberikan walaupun tidak secara langsung dapat dirasa maksimal melalui orangtua. Hal ini membuat hubungan guru dengan orangtua menjadi lebih dekat karena orangtua menjadi Bersama anak.
Peran guru:
- Sebagai mediator antara orangtua dan anak dalam proses belajar sehingga mencapai tujuan yang diharapkan semua pihak.
- Guru sebagai fasilitator; walaupun terbatas karena tidak berhadapan langsung.
- Guru sebagai motivator untuk guru dan anak. Pada ABK tidka guru menjadi tempat curahan hati orangtua karena tidak menangani anak di rumah dengan kondisi harus belajar tugas yang telah diberikan.
Program pendampingan yang dapat dilakukan dalam situasi saat ini:
- Sosialisasi penjagaan Covid-19 yang dapat dilakukan di rumah.
- Informasi penanganan Covid-19 baik dari pihak berwenang, TV dan informasi lainnya.
- Bekerjasama dengan Yayasan Humaniora Indonesia, memberikan alternatif latihan fisik melalui senam irama penjas adaptif yang depat diunggah dari channel youtube.
- Memantau online apa yang orangtua berikan kepada anak-anaknya baik secara akademik melalui panduan yang diberikan. Komunikasi didukung melalui grup whatsapp. Selain itu ada pengembangan non akademik, contohnya anak dapat mengikuti lomba secara online seperti melukis dan mewarnai.
- Memberikan panduan selama kegiatan bulan Ramadhan, dan video-video tentang kisah-kisah keteladanan.
- Memberikan video slide dengan tampilan wajah guru dan anak-anak untuk mengobati rasa rindu anak-anak.
*Semoga bermanfaat, terima kasih
Artikel Lainnya
Selamat kepada Tim STEM Nuclei atas Prestasi di Simposium STEM Leadership 2024
Karawang – Prestasi membanggakan diraih oleh para guru SMP dari Kabupaten Karawang dan Sukabumi dalam ajang Simposium STEM Leadership 2024
Mengembangkan Kreativitas Anak MDVI dengan Pemanfaatan Bahan Daur Ulang
Oleh : Rena Meilani,S.Pd (Guru SLBN Banda Aceh) Peserta didik MDVI merupakan anak-anak dengan gangguan penglihatan yang disertai Hambatan lainnya
BBGP Jabar Lakukan Trauma Healing untuk Korban Gempa Cianjur
Cianjur (2/12), Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat (BBGP Jabar) melakukan tiga program untuk membantu pemulihan korban bencana gempa bumi