Mengembangkan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus dalam Belajar – Bagian 2
14 February 2019
Dalam mendidik anak dengan berkebutuhan khusus, guru perlu memperhatikan bagaimana mengembangkan kemandirian anak dalam belajar dan memperoleh pengalaman baru.
Berikut ini strategi yang dikembangkan oleh Laurel Hudson, salah satu guru di Perkins yang disebut “19 Ways to Step Back” atau “19 cara untuk menarik diri” dalam bukunya Classroom Colalboration.
(Guru memberikan instruksi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk banyak melakukan secara mandiri pada kegiatan memasak di SLBN Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Berikut adalah langkah ke 7 sampai 12 yang merupakan kelanjutan dari langkah-langkah yang telah dibahas pada bagian 1.
- Usahakan anda mempunyai data perkembangan kemandirian anak.
Untuk mengetahui sejauh mana strategi yang kita terapkan efektif, maka perlu ada data otentik yang akan membantu anda untuk melihat dan membandingkan kemampuan anak sebelum dan sesudah diterapkan strategi tertentu. Data penting sebagai dasar untuk mendesain rencana strategi ke depan agar lebih berdampak signifikan dan bermanfaat bagi anak.
Data juga akan sangat beguna dalam memberikan informasi kepada orang tua dan tenaga profesional lain dalam memahami secara detail kemampuan anak agar mereka agar dapat berpijak pada level yang sama dalam memberikan perlakuan kepada anak. Ketiadaan data dapat memicu keraguan dan bias terhadap efektivitas intervensi yang guru terapkan.
Guru dapat mengambil data perkembangan berdasarkan aspek kemampuan yang telah ditentukan dalam IEP. Target kemampuan harus dapat diukur dan menggunakan kata kerja operasional. Satuan pengukuran kemampuan dapat dilihat dari frekuensi (seberapa sering), durasi / latensi (seberapa lama), dan seberapa banyak dari sejumlah perlakukan (persentase).
‘
(contoh laporan perkembangan berupa grafik yang menunjukkan pencapain kemampuan anak)
Pada akhir semester / tahun pelajaran, data ini dapat dimasukkan ke dalam portofolio bahan laporan perkembangan anak. Dengan laporan ini, guru akan lebih mudah mengkomunikasikan kemampuan kemandirian yang telah dicapai, dan orang tua akan lebih mudah memahami informasi yang ada karena bentuknya sederhana dan menarik secara visual.
- Refkesikan peran anda dalam pendidikan anak. Tugas anda bukanlah “membantu” tetapi “mendidik”.
Bekerja dengan anak-anak dengan disabilitas tentunya berdasar dari jiwa sosial anda yang tinggi. Akan tetapi, keinginan untuk selalu membantu dapat menjadi bumerang bagi anak apabila kita tidak memahaminya secara tepat.
Anda dapat menghabiskan waktu 1, 2, 5 atau 8 tahun bekerja dengan anak yang sama. Bayangkan berapa banyak waktu yang terbuang apabila kita selalu “melayani” mereka?
Berapa banyak kesempatan yang terbuang ketika kita selalu menuangkan air ke gelas mereka, menyuapi mereka, membuka dan menutup pintu, memegang tangannya untuk menarik garis dalam menggambar, memasukkan pensil dan buku mereka ke tas ketika jam sekolah habis?
(foto ini menggambarkan bagaimana guru memberikan kesempatan kepada anak untuk membuka bungkus makanan ringan sendiri. Apabila guru kita tidak sabar untuk terus membantu, maka anak kehilangan kesempatan untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan kecil ini)
Fokuskan pada kemampuan apa yang dapat dikembangkan dalam waktu 1, 2, 5 atau 8 tahun anda bekerja dengan anak.
Pada umumnya anda mempunyai mimpi siswa anda mencapai kemampuan yang optimal. Jadi, selalu kembali ke mimpi anda. Bantu anak untuk mandiri dengan memfasilitasi mereka menyelesaikan tugas, bukan bantu anak untuk menyelesaikan tugas tanpa anda memberikan kesempatan kepadanya untuk mandiri.
- Ajarkan siswa anda untuk menolak bantuan. Ajarkan dia untuk mengungkapkan “Terima kasih, tapi biarkan saya melakukannya sendiri…”.
Sekarang kita semakin meningkatkan persepsi kita tentang anak yang sebelumnya “individu yang perlu dibantu” sebagai “individu yang mampu menolak bantuan” atau bahkan “individu yang mampu membantu”.
Kita akan lebih melihat siswa kita sebagai manusia yang utuh, punya kelebihan, kekurangan, dan kemampuan.
Membuka resleting tas, berpindah tempat duduk, mengambil buku yang jatuh dan membuka tutup spidol bagi kita bisa sangat mudah, tapi bagi mereka bisa memerlukan usaha yang luar biasa. Jadi ketika mereka bisa melakukan hal yang menurut mereka besar, maka akan kita lihat kepercayaan diri mereka tumbuh signifikan.
Langkah-langkah mengembangkan kemandirian anak yang telah anda aplikasikan sebelumnya akan memperkuat kepercayaan diri mereka. Ketika percaya diri anak semakin mantap, maka ajarkan dia untuk menolak ketika orang lain memberikan bantuan. Hal ini sangat penting sebagai tahapan anak mulai mengadvokasi diri. Dia bisa menentukan kapan dia memerlukan bantuan dan kapan dia dapat mengandalkan kemampuannya. Martabat anak akan semakin terbentuk sehingga dia menjadi individu yang tidak selalu bergantung kepada orang lain.
Pikirkan bagaimana cara terbaik anak untuk mengekspresikan penolakan secara tepat.
- Hilangkan prompt/bantuan secara bertahap.
Kenali setiap perkembangan yang dicapai oleh siswa dan rencanakan bagaimana prompt yang biasa diberikan dapat berangsur-angsur hilang. Prompt dapat berupa gesture (mengangguk, menggeleng kepala), verbal (instruksi, pertanyaan, pernyataan), visual (gambar, objek), modelling (dicontohkan oleh orang lain), dan fisik (hand under hand).
Berkurang / hilangnya prompt menjadi salah satu indikator bahwa siswa telah mengalami perkembangan dan menguasai kemampuan yang telah menjadi target pembelajaran.
- Tahan diri anda untuk membantu pekerjaan anak. Ingat, ini adalah tentang kemampuan anak, bukan kemampuan anda!
Jangan dulu dikoreksi kesalahan anak tapi refleksikan dulu sejauh mana kita telah memfasilitasi anak dalam mengerjakan tugasnya.
Kita harus kembali kepada prinsip bahwa yang kita kembangkan adalah kemampuan anak, bukan kemampuan kita. Jadi guru harus membantu anak bagaimana berpikir dan menyelesaikan masalah semandiri mungkin.
Dalam bidang akademik, tentu guru perlu terlebih dahulu menguasai konten materi. Kemudian ketika siswa belajar konten tersebut, guru perlu temukan cara terbaik bagi siswa untuk menguasainya. Bukan sekedar menghapal apa yang guru terangkan.
(Guru mencoba menahan diri untuk memberikan bantuan dengan menaruh tangannya dibawah kursi)
Sedangkan dalam bidang non-akademik, guru perlu menentukan panduan kerja umum (tentang kondisi atau kemampuan anak yang sudah dikusai dan yang perlu dikembangkan) yang berguna ketika anak mengerjakan tugas tertentu, sehingga guru memiliki konsistensi dalam melakukan pendekatan pembelajaran terhadap anak.
- Buka kesempatan sebanyak-banyaknya kepada anak untuk berinteraksi dengan orang lain
Ketrampilan komunikasi dan sosial sangat penting sebagai pintu awal membuka lingkungan yang lebih luas bagi anak. Dengan semakin baik ketrampilan komunikasi dan sosial yang anak miliki, maka akan lebih banyak orang-orang yang memiliki hubungan baik dengan anak, dan akan meminimalisir ketergantungan pada satu atau dua orang.
Teman sebaya adalah lingkungan terdekat anak selain keluarga. Oleh karena itu kembangkan kemampuan siswa untuk berinteraksi dan meminta tolong kepada teman sebaya daripada kepada anda sebagai guru atau kepada orang tuanya.
Dengan memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya, maka anak juga bisa melihat teman nya sebagai role model dalam hal kemandirian seperti menentukan pilihan kegiatan, dengan siapa akan melakukan kegiatan, bagaimana kegiatan akan dikerjakan/diselesaikan, dan sebagainya.
Guru perlu memastikan teman sebaya yang menjadi role model anak harus merasa nyaman dan tidak terpaksa sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan.
Silakan untuk mempraktekkan satu persatu strategi diatas. Startegi berikutnya akan dibahas pada bagian 3.
Berita Lainnya
Upaya Kemendikbudristek Optimalkan Implementasi Gerakan Merdeka Belajar di Satuan Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah
Palangka Raya, 20 Maret 2024 — Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan (Dirjen GTK), Nunuk Suryani, mengapresiasi kerja keras pendidik
Pelatihan Kurikulum 2013 Region Manokwari Gelombang 1
Pelatihan Kurikulum 2013 Region Manokwari Gelombang 1 dibuka oleh Kabid Pembinaan GTK, Dinas Provinsi Papua Barat, Sudjanti Kamad, didampingi Kasi