MENGAPA 8 MARET DIPERINGATI SEBAGAI HARI PEREMPUAN SEDUNIA?

8 March 2019

posted by Konde Institute

Hari perempuan internasional yang kita peringati pada tanggal 8 Maret tak pernah lepas dari peluh perjuangan para buruh perempuan di pabrik-pabrik, para aktivis perempuan yang kemudian mewarnai tradisi protes dan aktivisme politik.

Sejumlah tokoh perempuan seperti Clara Zetkin lahir di masa itu. Mereka menggelorakan semangat para buruh perempuan dan membawa persoalan kehidupan mereka ke dalam ruang-ruang politik yang lebih luas.

Pemikiran Clara Zetkin yang terkenal yaitu “pertanyaan perempuan” lahir dari perspektif sosialis. Selain membantu para buruh perempuan untuk melahirkan 8 Maret sebagai hari perempuan internasional, Zetkin kemudian meyakinkan banyak orang bahwa satu-satunya rute emansipasi bagi perempuan adalah keterlibatan perempuan dalam produksi dan menyingkirkan sistem kapitalisme.

Apa saja yang harus kita ketahui tentang sejarah hari perempuan internasional yang selalu kita peringati setiap tanggal 8 Maret? Berikut catatan tentang Sejarah Hari Perempuan Internasional yang kami ambil dari bumirakyat:

Hari Perempuan Internasional lahir dalam pergolakan sosial yang besar, diwarnai dengan tradisi protes dan aktivisme politik. Bertahun-tahun sebelum tahun 1910, pada pergantian menuju abad 20, kaum perempuan di negara-negara yang tengah mengalami industrialisasi, mulai memasuki kerja upahan.

Pekerjaan mereka dipisahkan menurut jenis kelamin, dan umumnya kaum perempuan ditempatkan di industri tekstil, manufaktur, dan layanan-layanan domestik dimana kondisi-kondisinya sangat parah dan menyengsarakan.

Saat itu adalah masa dimana serikat-serikat buruh tengah mengalami perkembangan dan di sisi lain sengketa-sengketa industrial mulai meletus, termasuk sengketa yang muncul di antara seksi-seksi pekerja perempuan yang tidak bergabung dalam serikat. Eropa saat itu tengah berada dalam kemungkinan terseret ke dalam api revolusi.

Banyak perubahan dalam kehidupan perempuan mendorong munculnya perlawanan terhadap batasan-batasan politik di sekitar mereka.

Di seluruh penjuru Eropa, Inggris, Amerika, dan kurang lebih juga di Australia, kaum perempuan dari seluruh lapisan sosial berjuang dan berkampanye untuk menuntut hak pilih dalam pemilihan umum. Terkait hal ini terdapat banyak sudut pandang berbeda atas mengapa isu ini menjadi suatu isu yang penting dan bagaimana cara untuk mencapai tuntutan itu. Berikut dicantumkan sedikit perbedaan tersebut.

Beberapa kelompok sosialis memandang bahwa tuntutan terhadap hak pilih terhadap perempuan kurang begitu penting dalam gerakan kelas pekerja, sementara beberapa feminis sosialis dan pejuang perempuan lainnya seperti Clara Zetkin dari Jerman dan Alexandra Kollontai, berhasil memperjuangkannya untuk diterima sebagai bagian penting dan tak terpisahkan dari program kelompok sosialis.

Sementara kaum sosialis lain menyatakan bahwa lebih penting untuk menghapus kepemilikan pribadi terlebih dahulu daripada berkampanye menuntut hak pilih yang mana kalau hal itu berhasil seperti di Inggris akan berakibat hak pilih juga untuk kaum perempuan dari kalangan berpunya.

Di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1903, serikat buruh perempuan dan perempuan profesional liberal yang berkampanye untuk hak pilih bagi perempuan mendirikan Liga Serikat Buruh Perempuan untuk membantu mengorganisir kaum perempuan yang berada di kerja upahan untuk memperjuangkan kepentingan politik dan kesejahteraan ekonomi mereka. Tahun-tahun tersebut merupakan masa-masa pahit bagi banyak kaum perempuan yang berada dalam kondisi kerja yang parah dan tinggal di pemukiman kumuh serta rentan terhadap kekerasan.

Tahun 1908, pada Ahad terakhir di Februari, kaum perempuan sosialis di AS menyelenggarakan Hari Perempuan Nasional yang pertama dengan melancarkan demonstrasi besar untuk menuntut hak pilih bagi perempuan serta hak-hak ekonomi dan politiknya sekaligus. Tahun berikutnya sebanyak 2.000 orang turut menghadiri peringatan Hari Perempuan Nasional di Manhattan.

Di tahun 1909 tersebut, pekerja garmen perempuan melancarkan pemogokan massal. Dimana sebanyak 20.000 hingga 30.000 buruh perempuan mogok selama 13 minggu di suatu musim dingin demi menuntut upah yang lebih besar dan kondisi kerja yang lebih baik. Liga Serikat Buruh perempuan menyediakan dana bantuan bagi para demonstran baik untuk mendanai pemogokan massa itu sendiri maupun untuk membebaskan para demonstran yang ditangkap polisi.

Di tahun 1910 berikutnya Hari Perempuan mulai diselenggarakan oleh semua kaum perempuan sosialis dan feminis di seluruh negara. Beberapa bulan kemudian berbagai delegasi kemudian menghadiri penyelenggaraan Kongres Perempuan Sosialis di Kopenhagen dengan niatan untuk mengajukan Hari Perempuan sebagai suatu hari peringatan internasional.

Kongres ini sebenarnya terinspirasi oleh tindakan dari kaum pekerja perempuan AS dan juga dari feminis sosialis mereka yaitu Clara Zetkin, yang juga telah menawarkan proposal kerangka kerja untuk mengadakan konferensi perempuan sosialis dimana perempuan sedunia harus memfokuskan diri untuk memperjuangkan satu hari khusus untuk peringatan hari perempuan internasional demi menuntut hak-hak mereka.

Sehingga berhasil dilaksanakanlah Konferensi yang dihadiri lebih dari 100 perempuan dari 17 negara yang mewakili Serikat-Serikat Buruh, Partai-Partai Sosialis, Kelompok-Kelompok Perempuan Pekerja, dan termasuk tiga perempuan pertama yang terpilih dalam Parlemen Finlandia, yang mana semuanya menyambut sarann Zetkin dengan persetujuan bulat sehingga sebagai hasilnya dicapailah kesepakatan untuk Hari Perempuan Internasional.

Konferensi tersebut juga menyorot ulang mengenai pentingnya hak pilih bagi kaum perempuan, hak pilih yang tidak didasarkan oleh hak milik serta menyerukan suatu emansipasi universal—hak pilih baik bagi kaum perempuan dan laki-laki dewasa.

Konferensi tersebut juga membahas mengenai manfaat-manfaat maternitas (keibuan) yang mana, meskipun ada intervensi dari Alexandra Kollontai atas nama ibu-ibu yang tidak menikah, hanya dimiliki oleh perempuan-perempuan yang menikah.

Selain hal itu juga diambil keputusan bersama untuk menentang kerja malam karena mempengaruhi kesehatan sebagian besar kaum pekerja perempuan meskipun dalam hal ini kaum pekerja perempuan menyatakan bahwa kerja malam diperlukan untuk menopang nafkah dan hidup mereka.

(*Diterjemahkan dari tulisan karya Joyce Stevens)

(Disadur dari: https://bumirakyat.wordpress.com/2012/03/08/sejarah-hari-perempuan-internasional/)

(Foto: Pernyataan Sikap World Federation of Trade Unions (WFTU) pada Hari Perempuan Sedunia dan Clara Zetkin/ kabarburuh.com)

Pelatihan Kurikulum 2013 di Papua dan Papua Barat

Pada tahun 2018 telah dicanangkan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai tahun penuntasan pelatihan kurikulum 2013, dan PPPPTK TK

Resensi Buku

Judul Buku : Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Kebersamaan Peserta Didik di Sekolah Inklusif Tahun : Desember, 2017 Penulis : Dr. Hermansyah,

Lapor Beri Kami Penilaian WhatsApp